Buruh dan Tani di Pemilu 2014
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia
berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh
sebanyak 34,7 juta jiwa dan sebanyak 26,13 juta rumah tangga bekerja dalam
sektor pertanian. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat,
sekitar 36,5 persen (41,20 juta orang) dari 112,80 juta penduduk yang bekerja
pada Februari 2012 menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, baik sebagai
petani maupun buruh tani. Salah satu media
online tanah air juga memberitakan, bahwa Indonesia menduduki posisi ke-5 di
dunia, dalam jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh, media online tersebut
juga mengatakan, jika dikalkulasi pada tahun 2012, jumlah buruh di Indonesia
mencapai 118,1 juta. Terlepas dari benar tidaknya angka-angka tersebut, kita
dapat melihat, bahwa penduduk Indonesia yang sebagian besar bekerja sebagai
Buruh dan Tani, jumlahnya sangat potensial sebagai Pemilih di Pemilu 2014 April
nanti.
Reformasi seharusnya telah membukakan keran
bagi terjadinya perubahan bagi pemerintah, untuk lebih berpihak kepada buruh
dan tani, namun yang terjadi di
lapangan malah sebaliknya. Perjuangan buruh di Indonesia selama
ini menginginkan agar buruh memiliki kekuatan posisi tawar (Bargainning
Power) yang sejajar dengan pengusaha dan pemerintah dalam melaksanakan
hubungan penentuan kebijakan terutama hal-hal yang terkait dengan nasib buruh
itu sendiri, seperti penetapan upah minimum, Dalam hal ini, para buruh harus
sadar, bahwa untuk memiliki kekuatan posisi tawar yang sejajar tersebut, harus
melakukan pergerakan-pergerakan untuk melawan kebijakan yang dianggap sangat
merugikan buruh. Baru-baru ini Komite Nasional Gerakan Buruh
(KNGB) yang terdiri dari berbagai macam serikat buruh telah menggelar mogok
kerja nasional 2013 serentak di beberapa daerah di Indonesia. Mereka menilai
pemerintah lebih berpihak kepada pengusaha, seperti dalam beberapa kebijakan
ketenagakerjaan yang diterbitkan pemerintah dengan mengeluarkan Inpres No.9
Tahun 2013 tentang Kebijakan Penetapan Upah Minimum Dalam Rangka
Keberlangsungan Usaha Dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja. Serta
Permenakertrans No.7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum.
Pergerakan
Buruh dan Tani Indonesia pernah dikoordinir oleh golongan kiri di era 40an dan
1950-1966. Pengkaderan dan pendidikan poitik ideology Marxis kepada buruh dan
tani secara massive dan serius pernah dilakukan oleh Komunis Indonesia di tahun
40an dan tahun 1950 hingga 1966, sampai Komunis benar-benar dilarang di
Indonesia. Kebijakan-kebijakan Komintern (Komunis Internasional) yang
menempatkan Buruh dan tani sebagai sasaran utama pengkaderan adalah tepat,
karena memang buruh potensial, setiap tahun jumlahnya bertambah seiring
pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat itu dan memang mayoritas penduduk
Indonesia saat itu adalah petani. Komunis Indonesia menjadi sangat kuat dan
dapat mempengaruhi kebijakan pemerintahan Sukarno. Organisasi buruh saat itu
bahkan menjadi kekuatan politik di Indonesia, organisasi buruh dibawah kendali
Komunis seperti BBI (Barisan Buruh Indonesia), pada November 1945 mendirikan
PBI (Partai Buruh Indonesia) sebagai wujud pergerakan kaum buruh Indonesia saat
itu.
Golongan-golongan kiri ini
memiliki perhatian yang sangat besar terhadap pergerakan buruh dan juga tani. Kader-kader
terbaik golongan kiri dikirim ke daerah untuk memimpin buruh-buruh dan tani.
Pendidikan kader-kader Marxis direorganisasi secara sistematis dengan
memberikan pemondokan, tenaga-tenaga pengader yang terdidik lalu dilatih
beberapa bulan dan dilepas ke tengah masyarakat. Peserta-peserta Marx House tidak ada yang menjadi tokoh
utama, tetapi banyak di antara mereka menjadi pekerja-pekerja yang gigih dan
praktis. Selain itu, mereka juga menerbitkan rubrik Boeroeh yang berisi artikel-artikel khusus untuk buruh, semacam indoktrinasi
yang intensif (SHG).
Karena memberontak tahun 1948,
Komunis Indonesia dengan Partai PKI-nya dibubarkan, dan diperbolehkan lagi
berdiri pada tahun 1950. Dapat diprediksi, bahwa di tahun 50an, PKI menjadi salah
satu kekuatan politik utama. Dengan menggalang kekuatan dari buruh dan tani, partai
yang ideologis dan dianggap mampu memperjuangkan kepentingan hak-hak buruh dan
tani itu, pada Pemilu 1955 meraih
6.176.914 suara atau 16,4 persen - menduduki urutan keempat setelah PNI (22,3
persen), Masjumi (20,9 persen), dan NU (18,4 persen). Sementara partai-partai
lain hanya meraih suara di bawah tiga persen. Dalam skripsinya yang ditulis
1969, Arbi Sanit menyebutkan Partai Komunis Indonesia (PKI) mengklaim di tahun
1963 memiliki 2,5 juta anggota. Sedangkan ormas onderbownya memiliki 10 juta
anggota - 8,5 juta di antaranya diklaim sebagai anggota Barisan Tani Indonesia. Namun, Komunis Indonesia mengkhianati perjuangan para buruh dan
tani, memberontak di tahun 1966, diberangus dan dilarang hidup di Indonesia,
sejak saat itu, suara buruh dan tani terpecah dan tidak condong ke salah satu
ideologi politik lagi.
Saat ini,
aspirasi-aspirasi para buruh dan tani, ditampung di organisasi semacam
Gaspermindo, KNGB, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) , KSPSI, Konsorsium
Pembaruan Agraria, Serikat Petani Indonesia dan lainnya. HKTI sendiri dapat
dikatakan berafiliasi ke Partai Gerindra di bawah Prabowo Subianto, dengan
program Ekonomi Kerakyatannya. Banyak juga
serikat buruh yang tergabung dalam berbagai partai besar, contohnya SPSI di
dalamnya terdapat kepentingan partai-partai besar seperti PDIP, Golkar dan lain
sebagainya.
Saya bukan
komunis, dan saya bukan penganut marxis, tapi dapat saya katakan, pola rekrut
yang diterapkan Komunis Indonesia era 40an dan 1950 hingga 1960an, berupa
pengkaderan dan bukan cuma pendukung dan simpatisan, jauh lebih baik dibanding cara
rekrut partai-partai sekarang, yang kebanyakan berideologi tak jelas dan kadernya
dapat loncat ke partai lain
seandainya partainya sudah tidak menguntungkan lagi. Di Negara maju sendiri, keberadaan serikat dan partai buruh memiliki
posisi politik strategis sebagai kekuatan penyeimbang dan terkadang bergantian
memimpin pemerintahan atau berkoalisi dengan partai berpengaruh lainnya. Kalau
sekiranya, Partai-Partai di Indonesia ingin memenangkan Pemilu tahun ini, maka
menangkanlah para buruh dan tani.
3 komentar untuk "Buruh dan Tani di Pemilu 2014"
Siap wak
Berkomentar dengan santun dan baik. Utamakan akhlak.