Kalau ingin nonton film
terbaru, bisa ke Bioskop 21, XXI, Cineplax atau Megablitz. Kalau ingin beli
buku-buku terbaru dengan koleksi yang lengkap bisa ke Gramedia. Kalau ingin
nongkrong dan ketemu kawan-kawan, atau shopping, atau sekedar cuci mata, bisa ke
Mall-Mall Center Point, Plaza-Plaza mewah atau Ramayana Matahari. Mau main
game, bisa ke Timezone, adanya di Mall atau Plaza-Plaza. Kalau mau berenang dan
wisata bersama keluarga, bisa ke Waterboom dan tempat rekreasi dengan
wahana-wahana yang modern dan lengkap. Tapi Hal-hal tersebut tidak akan dapat
kita temui disini, di Kutacane.
Jalan menuju Pantai Timur, kanan kiri adalah perkebunan masyarakat
Kutacane adalah sebutan lain
bagi Kabupaten Aceh Tenggara. Kutacane juga bisa disebut sebagai Ibu Negerinya Aceh Tenggara, karena tidak ada nama administratif bernama Kutacane disini. Sebelum pemekaran, Aceh Tenggara adalah bagian dari
Kabupaten Aceh Tengah, lalu pada tahun 2002 Aceh Tenggara kembali dimekarkan, menjadi Aceh Tenggara yang beribu negeri di Kutacane dan Gayo Lues beribu negeri di Blangkejeren.
Wilayah berhamparan Kutacane adalah bagian dari Taman Nasional Gunung
Leuser, salah satu cagar alam terbesar, tentunya dapat kita pahami bersama, seluruh wilayah Kutacane
dikelilingi oleh Hutan-Hutan Tropis yang sangat kaya akan keanekaragaman
hayati. Jadi jangan harapkan ada Mall mewah, gramedia apalagi Bioskop di Kutacane.
Kali ini bersama si jagur
Perekonomian di Kutacane bertumpu pada hasil pertanian, perkebunan dan perikanan. Perlombaan zaman dengan modernisasinya, pertumbuhan penduduk dan
keharusan untuk menjaga kelestarian alam, membawa Kutacane pada sebuah dilema kehidupan. Kutacane haruslah tetap menjaga apa yang telah dianugerahkan
kepadanya. Kekayaan alam ini harus tetap dan terus seperti ini.
Tampak perkebunan coklat/ kakao milik masyarakat
Selain pertanian, perkebunan dan perikanan, sentra pariwisata di Kutacane
juga masih bisa ditingkatkan dan dapat menjadi primadona baru bagi peningkatan perekonomian masyarakat, tanpa harus merusak, tanpa harus merubah alam sekitar. Peran
Pemerintah Daerah sangat-sangat diperlukan, dalam meningkatkan pariwisata alam
di Kutacane, serta peran masyarakat untuk menjaganya dan tidak merusak
fasilitas yang telah pemda dirikan nantinya.
Beberapa tempat seperti objek
wisata Lawe Ger Ger, Air Terjun Lawe Dua, Ketambe, Pantai Barat, Lawe Harum,
Pantai Goyang dan lainnya masih perlu mendapat perhatian dari Pemda, karena
kurangnya perawatan dan peningkatan fasilitas,. Walapun sebagiannya adalah milik
swasta, namun peran pemerintah daerah tetaplah harus ada, guna meningkatkan
perekonomian dalam sentra pariwisata di Kutacane.
Liburan murah meriah, kesini aja
Mungkin hal ini hanya dapat
kita temui di kampung-kampung atau di desa-desa yang perekonomian masyarakatnya
banyak bergantung dari pertanian, dimana tempat wisata dan fasilitas untuk
mendukung pertanian, menjadi satu. Lebih tepatnya, fasilitas pendukung pertanian
yang dijadikan tempat wisata. Irigasi.
Pantai Timur dikelilingi pohon-pohon dan perbukitan
Pemandian Irigasi tersebut, orang-orang menyebutnya Pantai
Timur, terletak di desa Lawe Kinge. Pantai Timur dapat ditempuh dengan
mengendarai transportasi darat, baik mobil maupun motor, +/- 30 menit dari kota
Kutacane. Menuju lokasi, kita akan melewati jalanan kampung yang relatif baik karena
sudah diaspal, lalu setelah melewati jalanan kampung, kita akan masuk ke area perkebunan masyarakat, di area ini jalanan sudah tidak aspal lagi, tanah bercampur kerikil, namun tetap dapat
dengan mudah dilewati oleh jenis kendaraan roda dua dan empat macam apapun.
Kolam pemandian Pantai Timur dengan airnya yang jernih dan dingin
Pantai Timur sebenarnya adalah
sebuah bendungan Irigasi, yang memanjang 30-40 meter dengan lebar 6-7 meter
dengan kedalaman hingga +/- 2,5 meter. Dengan dialiri air yang dingin dan
jernih, karena mengalir lansung dari gunung, dan dikelilingi pohon-pohon lebat
yang hijau, ditambah udara yang sangat segar khas pegunungan, merubah bendungan
Irigasi ini menjadi daerah wisata yang unik.
Pintu Irigasi dari aliran Sungai, penyuplai air ke kolam pemandian pantai timur
Sabtu, 29 Oktober 2016 yang
lalu, saya dan kawan-kawan kembali menyempatkan diri untuk mandi disini. Ini
kali ketiga bagi saya. Setiap kali mandi, dimanapun itu, saya dan kawan-kawan selalu
punya prosesi wajib yang harus dilakukan, makan. Makanan tersebut kami beli di
kota, nasi lemak plus makanan ringan lainnya (dilokasi tidak ada warung nasi). Setelah
makan, lanjut mandi lagi. Yang terpenting itu, makannya bukan mandinya haha...
Berenangnya sudah gratis, airnya bening dan dingin, udaranya bersih
Selain kita, ada juga
pengunjung lain yang membawa serta keluarganya. Saya biasanya menyempatkan waktu
kesini pada hari sabtu, karena pasti tidak banyak yang berkunjung kesini, hari
sabtu PNS pemda dan anak-anak sekolah masih beraktifitas sampai siang dan sore
hari.
Gubuk/ pondok untuk pengunjung
Terdapat beberapa rumah yang
dibangun warga, serta beberapa gubuk untuk bersantai. Kita bisa memesan kopi, teh
dan makan ringan lainnya di rumah sekaligus warung milik warga di pantai timur tersebut.
Objek wisata pantai timur bukanlah binaan resmi dari Dinas Pariwisata Kutacane,
sehingga belum ada fasilitas seperti kamar mandi dan tempat ganti baju. Biaya
masuk dan sewa gubuk pun gratis.
Tampak sampah berserakan di sekitar Pantai Timur
Saya selalu memperhatikan kebersihan
tempat-tempat wisata yang pernah saya kunjungi, dan disini, di Kutacane, kesadaran
untuk membuang sampah pada tempatnya itu masih sangat kurang. hal ini terlihat pada sampah-sampah yang
berserakan di sekitar Pantai Timur. Dan tidak mungkin kan, sampah-sampah yang berserakan begitu banyak bersumber dari warga
yang tinggal disini.
Berbagi
Posting Komentar
untuk "Pemandian Unik Pantai Timur - Kutacane, Aceh Tenggara"
Posting Komentar untuk "Pemandian Unik Pantai Timur - Kutacane, Aceh Tenggara"
Berkomentar dengan santun dan baik. Utamakan akhlak.